Mau tau alesannya? Yok cekidot!
Ada yang bilang masa remaja itu masa yang tak pernah terlupakan.
Masa seru-serunya bermain. Kalau kata ortu kita melihat anak saat remaja itu
paling ngeselin karena kelabilannya dan emotion imbalance yang disebabkan
pubertas, dan perubahan hormon.
Nah, berbeda generasi melewati masa remaja yang berbeda-beda,
tergantung kondisi lingkungannya. Perubahan di dunia yg cepat ini telah merubah
tatanan hidup para remaja. Sebenernya ide ini datang dari Eyang gue yang
berumur 89 saat Beliau menceritakan tentang masa remajanya.
1935-1945: Jaman itu, jaman penjajahan. Pendidikan yang bagus
sulit didapat, hanya ada di sekolah Belanda yang bernama HBS. Jaman itu udah
ada sih yg namanya ngeband. Tapi ya lagu yodel. Kemana-mana naik sepeda ontel,
delman, dan berjalan kaki. Komunikasi dengan kekasih hanya lewat surat.
Mendengarkan musik, masih pakai piringan hitam. Ya serba sederhana. Banyak anak
remaja yang ikut angkat senjata. Hidup di jaman penjajahan sudah pasti sangat
tidak nyaman dan tidak punya kebebasan berkekspresi. Hidup penuh tantangan
membuat remaja saat itu menjadi tegar, kuat, dan memiliki jiwa
nasionalisme nya tinggi. Hal itu patut dicontoh.
1960-1980: disitu remaja sudah bergaul dengan bermotor.
Sekolah bagus mungkin hanya beberapa. Trend pakaian lebih ke arah hippies.
Melihat foto foto om gue, rambut gondrong, di-blow masuk, badan ceking, celana
cutbray, kemeja ketat dan cowo cowo pakai selop wedges bayangin deh…. Anak gaul
di jaman itu pasti punya geng. Cuman, yang dibilang anak gaul memang nggak
banyak, jadi jadi anak gaul pasti terkenal. Waktu itu Disko sudah ada.
Mendengar musik mulai berkembang pakai kaset, selain piringan hitam. Stasiun TV
yang ada hanya TVRI. Bagusnya, pada jaman ini TV hitam putih mulai menjadi
berwarna. Ya, masih, berhubungan dengan kekasih dengan surat sih palingan
telepon rumah. Kenakalan remaja sudah mulai tampak, tapi hanya menjangkiti
sebagian kecil.
1980-1990: Ini jaman ibu gue remaja. Remaja jakarta pasti kenal
Lintas Melawai. Setiap hari Minggu Sore ramai dengan mobil anak muda
lalu-lalang. Ada yang didandani kayak mobil balap. Nggak cowok, nggak cewek
saling pamer untuk cari pacar. Semacam pengakuan untuk gaul gitu. Selain di
Lintas Melawai, tempat gaul itu ada di Lomba Slalom Mobil, yg diadakan di
Parkir Timur Senayan. Sekolah bagus mulai banyak jumlahnya, baik sekolah negeri
ataupun swasta. Remaja saat itu lahir di jaman baby boomer, jadi persaingan
jelas mulai terasa ketat, keinginan bebas sudah mulai tampak, tapi karena
orangtua mereka lahir pada jaman penjajahan, maka sering terjadi perbedaan soal
yang namanya kebebasan. Tapi ada bagusnya sih, di jaman itu nilai nilai
ketimuran masih cukup terpelihara. Well, dulu mulai jaman skateboard dan sepatu
roda. Bahkan ada yang namanya disko sepatu roda bernama Happy Days. Keinginan remaja
menjadi orang dewasa sudah sangat kelihatan dari adanya disko di siang hari,
kebanyakan pengunjungnya anak-anak remaja karena remaja tidak boleh pergi
malam. Dulu, cover lagu sudah ada lho, tapi mereka spesialis meng-cover band
tertentu, seperti Solid 80 yg dulu selalu mencover lagu Queen dan masih banyak
band band lain. Skateboard sudah datang, biasanya para skateboarder hangout dan
bertanding di Taman Surapati. Itu juga jaman rally sepeda. Sudah mulai ada TV
swasta dan bioskop 21 baru mulai ada dan menjadi tempat hangout. Dan masih,
komunikasi dengan pacar pakai surat dan telepon rumah. Eh, ada deng.
Telepon mobil, seperti telepon rumah, tapi adanya ya di mobil. Segala bentuk
informasi masih didapat melalui literatur dari buku, majalah, koran,radio dan
TV. Kehidupan di kota besar terutama Jakarta dengan kota kota atau daerah lain
di Indonesia terasa lumayan berbeda, yang disebabkan informasiyangtidakmerata.
Awal abad 21 : gue mau langsung bahas remaja abad 21 aja, biar
kita bisa lihat perbedaan yang luar biasa antara jaman ortu kita sama kita
remaja. Yang paling menonjol di jaman kita remaja adalah kita hidup di Era
Globalisasi, sehingga nilai kebebasan dalam banyak hal bisa kita rasakan, yang
Eyang gue gak pernah rasakan. Teknologi sangat pesat terutama dibidang
telekomunikasi. Informasi jadi begitu mudah dengan adanya internet. Udah pasti
semua itu ada postitif dan negatifnya. Biar bangsa kita jadi kompetetif memang
kecanggihan teknologi informasi sangat dibutuhkan, tapi sayang dengan kemudahan
informasi itu juga membuat budaya barat menjadi mempengaruhi remaja kita. Nilai
nilai ketimuran jadi goyah di kalangan remaja. Nah ciri dekade ini adalah semua
orang pegang HP, merek Hp dan fiturnya pun makin canggih. Orang yang selalu
update dgn teknologi harus keluarin uang banyak karena berapa bulan sekali
harus ganti HP dan gadget lain. Semua menjadi serba kecil dan mudah, liat aja
kl dulu dengerin lagu pake piringan hitam yang besar itu sekarang pake
IPOD atau MP3 yang kecil banget dan bisa memuat ribuan lagu. Pokoknya anak
remaja sekarang itu identik dengan anak gadget, bahkan anak balita aja udah
main IPAD. Yang bikin geleng geleng kepala adalah saya pernah liat anak kecil
yah umurnya kira kira 2 tahun lagi nangis nangis, terus neneknya bilang “IPAD
nya mana? Kasih aja biar gak nangis?” kalau dulu gue masih dikasih mainan buat
melatih motorik, anak kecil sekarang yang penting bisa pencet pencet, abis
semua gadget makin lama makin praktis dan mudah mengoperasikannya. Gue rasa
yang ada di film Doraemon lama lama beneran kejadian. Soal bergaul, remaja
sekarang sensitif banget sama yang namanya “Gaul”. Lo gak gaul kalo gak punya
Facebook, Twitter dan social media lain. Ada positifnya sih, bangun network
jadi lebih mudah. Gue banyak punya sahabat di lain kota, padahal gak pernah
ketemu muka, semuanya karena social media. Kebebasan berpendapat membuat ortu
kadang jadi kewalahan sama anak anaknya. Kl dulu argumentasi dangan ortu hal
yang gak wajar, sekarang itu jadi fenomena kehidupan keluarga. Kebebasan berekspresi
kalau utk sesuatu yang positif memang boleh, tapi remaja sekarang seneng banget
mengekspresikan perasaannya di Social Media. “Galau, nyindir, maki maki” jadi
lumrah kita baca di Twitter. Semakin galau semakin menarik perhatian orang.
Sebenernya labil memang dialami hampir semua remaja dari segala jaman.
Hanya kelabilan itu menjadi bebas diekspresikan dengan adanya sarana spt social
media itu. Hal ini sih masih jadi pro dan kontra dikalangan remaja sendiri.
Contohnya gue adalah orang yang menganggap hal hal pribadi gue maupun orang
lain itu merupakan hak privasi, jadi bukan tempatnya untuk di share ke orang
lain di soc media yang bisa dibaca sejuta umat. Positifnya dari remaja sekarang
adalah mereka itu jago jago kl udah berhubungan dengan yg namanya Teknologi,
juga lebih kreatif. Seumur kita aja project di sekolah musti bikin film, robot
dll. Anak segede gue aja udah pinter buat komposisi musik dengan program
komputer. Diakui oleh ortu gue, pelajaran sekarang memang lebih susah dibanding
mereka dulu. Pelajaran yang mereka dapet di SMA, sekarang anak SMP aja udah
diajarin. Pendidikan juga semakin maju. Sekolah sekarang banyak macemnya dan
sangat kompetetif. Remaja sekarang dituntut harus kreatif kalau mau survive,
bukan sekedar pinter secara akademik karena persaingan ketat banget. Yang musti
diperhatiin juga adalah “having a good attitude is a must “. Oh iya, remaja
sekarang dikenal sbg remaja mall, dan kl gaul di Sevel, minumannya slurpee dan
kalau pake bahel itu keren, padahal pake behel itu sakit dan menyiksa. Bahkan
sekarang banyak remaja pake behel boongan. Maksudnya cuma buat gaya gayaan
tanpa ada fungsi. Gue merasa heran waktu gue copot behel, di twitter banyak
yang ngeributin kenapa dicopot, ada yg bilang lebih cantik pake behel. Menurut
gue itu sih salah banget, yaah tapi namanya trend semua jadi tampak bagus.
Kalau remaja sekarang lebih konsumtif, ya pantes aja, karena informasi kayak
iklan mudah didapet, udah gitu barang apa aja, yang dulu mungkin harus beli di
luar negeri, sekarang dengan gampangnya kita beli. Kemudahan memang bisa
membuat anak jadi manja, tapi di dunia yang semakin kompetitif gak ada
istilahnya manja kalau mau survive dan sukses. Remaja sekarang disebut Z
Generation (bukan karena nama gue huruf depannya Z lho hehe). Cirinya adalah
influence datengnya dari temen, bukan dari ortu atau iklan lagi. Yang parah
adalah kalau yang jadi reference bukan yang positif. Makanya jadi remaja
sekarang musti pinter memilih temen dan informasi, terus jangan gampang ikut
ikutan. Kalau yg diikutin positif sih bagus, tapi kalau yang diikutin negatif,
yang ada nanti tawuran dan hal hal negatif yang jadi marak berkembang. Aduh itu
“tawuran” gak penting banget deh. Bicara trend, sekarang lagi trend nya korea
dari musik dan fashion. Yang jadi pertanyaan, kapan ya Indonesia jadi kilblat
trend dunia?
Sebenernya gue nulis ini hanya sekedar mengingatkan bahwa perkembangan jaman
begitu cepat, ada positif dan ada negatifnya. Mungkin nanti kalau gue punya
anak terus baca tulisan gue ini, dia gak ngerti karena semua kok beda banget
ya. Perubahan itu adalah hal yang pasti, nah yang penting kita selalu bisa
mengikutinya dengan positif. Ayo jadilah #GENERASIBERANIMELANGKAH yang bisa
membanggakan buat Indonesia.
Awal abad 21 : gue mau langsung bahas remaja abad 21 aja, biar kita bisa lihat perbedaan yang luar biasa antara jaman ortu kita sama kita remaja. Yang paling menonjol di jaman kita remaja adalah kita hidup di Era Globalisasi, sehingga nilai kebebasan dalam banyak hal bisa kita rasakan, yang Eyang gue gak pernah rasakan. Teknologi sangat pesat terutama dibidang telekomunikasi. Informasi jadi begitu mudah dengan adanya internet. Udah pasti semua itu ada postitif dan negatifnya. Biar bangsa kita jadi kompetetif memang kecanggihan teknologi informasi sangat dibutuhkan, tapi sayang dengan kemudahan informasi itu juga membuat budaya barat menjadi mempengaruhi remaja kita. Nilai nilai ketimuran jadi goyah di kalangan remaja. Nah ciri dekade ini adalah semua orang pegang HP, merek Hp dan fiturnya pun makin canggih. Orang yang selalu update dgn teknologi harus keluarin uang banyak karena berapa bulan sekali harus ganti HP dan gadget lain. Semua menjadi serba kecil dan mudah, liat aja kl dulu dengerin lagu pake piringan hitam yang besar itu sekarang pake IPOD atau MP3 yang kecil banget dan bisa memuat ribuan lagu. Pokoknya anak remaja sekarang itu identik dengan anak gadget, bahkan anak balita aja udah main IPAD. Yang bikin geleng geleng kepala adalah saya pernah liat anak kecil yah umurnya kira kira 2 tahun lagi nangis nangis, terus neneknya bilang “IPAD nya mana? Kasih aja biar gak nangis?” kalau dulu gue masih dikasih mainan buat melatih motorik, anak kecil sekarang yang penting bisa pencet pencet, abis semua gadget makin lama makin praktis dan mudah mengoperasikannya. Gue rasa yang ada di film Doraemon lama lama beneran kejadian. Soal bergaul, remaja sekarang sensitif banget sama yang namanya “Gaul”. Lo gak gaul kalo gak punya Facebook, Twitter dan social media lain. Ada positifnya sih, bangun network jadi lebih mudah. Gue banyak punya sahabat di lain kota, padahal gak pernah ketemu muka, semuanya karena social media. Kebebasan berpendapat membuat ortu kadang jadi kewalahan sama anak anaknya. Kl dulu argumentasi dangan ortu hal yang gak wajar, sekarang itu jadi fenomena kehidupan keluarga. Kebebasan berekspresi kalau utk sesuatu yang positif memang boleh, tapi remaja sekarang seneng banget mengekspresikan perasaannya di Social Media. “Galau, nyindir, maki maki” jadi lumrah kita baca di Twitter. Semakin galau semakin menarik perhatian orang. Sebenernya labil memang dialami hampir semua remaja dari segala jaman. Hanya kelabilan itu menjadi bebas diekspresikan dengan adanya sarana spt social media itu. Hal ini sih masih jadi pro dan kontra dikalangan remaja sendiri. Contohnya gue adalah orang yang menganggap hal hal pribadi gue maupun orang lain itu merupakan hak privasi, jadi bukan tempatnya untuk di share ke orang lain di soc media yang bisa dibaca sejuta umat. Positifnya dari remaja sekarang adalah mereka itu jago jago kl udah berhubungan dengan yg namanya Teknologi, juga lebih kreatif. Seumur kita aja project di sekolah musti bikin film, robot dll. Anak segede gue aja udah pinter buat komposisi musik dengan program komputer. Diakui oleh ortu gue, pelajaran sekarang memang lebih susah dibanding mereka dulu. Pelajaran yang mereka dapet di SMA, sekarang anak SMP aja udah diajarin. Pendidikan juga semakin maju. Sekolah sekarang banyak macemnya dan sangat kompetetif. Remaja sekarang dituntut harus kreatif kalau mau survive, bukan sekedar pinter secara akademik karena persaingan ketat banget. Yang musti diperhatiin juga adalah “having a good attitude is a must “. Oh iya, remaja sekarang dikenal sbg remaja mall, dan kl gaul di Sevel, minumannya slurpee dan kalau pake bahel itu keren, padahal pake behel itu sakit dan menyiksa. Bahkan sekarang banyak remaja pake behel boongan. Maksudnya cuma buat gaya gayaan tanpa ada fungsi. Gue merasa heran waktu gue copot behel, di twitter banyak yang ngeributin kenapa dicopot, ada yg bilang lebih cantik pake behel. Menurut gue itu sih salah banget, yaah tapi namanya trend semua jadi tampak bagus. Kalau remaja sekarang lebih konsumtif, ya pantes aja, karena informasi kayak iklan mudah didapet, udah gitu barang apa aja, yang dulu mungkin harus beli di luar negeri, sekarang dengan gampangnya kita beli. Kemudahan memang bisa membuat anak jadi manja, tapi di dunia yang semakin kompetitif gak ada istilahnya manja kalau mau survive dan sukses. Remaja sekarang disebut Z Generation (bukan karena nama gue huruf depannya Z lho hehe). Cirinya adalah influence datengnya dari temen, bukan dari ortu atau iklan lagi. Yang parah adalah kalau yang jadi reference bukan yang positif. Makanya jadi remaja sekarang musti pinter memilih temen dan informasi, terus jangan gampang ikut ikutan. Kalau yg diikutin positif sih bagus, tapi kalau yang diikutin negatif, yang ada nanti tawuran dan hal hal negatif yang jadi marak berkembang. Aduh itu “tawuran” gak penting banget deh. Bicara trend, sekarang lagi trend nya korea dari musik dan fashion. Yang jadi pertanyaan, kapan ya Indonesia jadi kilblat trend dunia?
Sebenernya gue nulis ini hanya sekedar mengingatkan bahwa perkembangan jaman begitu cepat, ada positif dan ada negatifnya. Mungkin nanti kalau gue punya anak terus baca tulisan gue ini, dia gak ngerti karena semua kok beda banget ya. Perubahan itu adalah hal yang pasti, nah yang penting kita selalu bisa mengikutinya dengan positif. Ayo jadilah #GENERASIBERANIMELANGKAH yang bisa membanggakan buat Indonesia.
zahra damariva itu zahra Icil kan? wah hebat banget, tulisan dia keren
BalasHapus