Pages

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sejarah Fakultas Teknik pertambangan dan perminyakan (FTTM) ITB


Masa Pendirian


Pada tahun 1948 di Bandung telah berdiri Fakultet Pengetahuan Teknik (Faculteit van Technische Wetenschappen) dan Fakultet Ilmu Pasti dan Alam (Faculteit van Wis en Natuurkunde) yang merupakan bagian dari Universitet Indonesia (Universiteit van Indonesia) yang berkedudukan di Jakarta.
Pada bulan Februari 1948 atas persetujuan para Dekan kedua Fakultas tersebut di atas dibentuklah Bagian Tambang di bawah naungan Fakultet Pengetahuan Teknik. Program pendidikan Bagian Tambang ini baru berjalan pada bulan Juli 1949. Rencana pendidikan yang disusun oleh Panitia Pengawas pada Fakultet Pengetahuan Teknik tersebut sebut hanya sampai tingkat satu dan dua (propaedeuse) saja, sedangkan kelanjutan pendidikannya harus diselesaikan di Delft, Negeri Belanda. Staf pengajar yang ada pada waktu itu antara lain : Dr. Th. H. F. Klompe yang memberi mata kuliah ilmu geologi serta mineralogi dan Prof. Ir. M. E. Akkersdijk sebagai guru besar luar biasa untuk mata kuliah ilmu endapan bahan galian (delfstof - kunde). Pada waktu itu Prof. Ir. M. E. Akkersdijk masih bekerja pada Direktorat Pertambangan (Dienst van het Mijnwezen) di Jakarta. Sedangkan mahasiswa yang mendaftarkan ada 6 orang, tetapi seorang di antaranya pindah bagian dan seorang lainnya pergi ke Negeri Belanda.


Dengan perubahan Undang-undang Perguruan Tinggi (akhir tahun 1946), Fakultet Pengetahuan Teknik yang semula hanya terdiri dari tiga bagian kini diperluas menjadi tujuh bagian, termasuk Bagian Tambang yang pada waktu itu sebenarnya dimaksudkan untuk mendidik: "Geologisch Exploratie Ingenieur" dan "Geoloog". Panitia Pengawas Fakultet Pengetahuan Teknik kemudian menetapkan lagi bahwa pendidikan di Bagian Tambang hanya untuk dua tahun pertama saja (propaedeuse). Sebagai Pj. Ketua diangkat Prof. V. D. Leeden, sedangkan sekretarisnya : Dr. Th. H. F. Klompe. Pada bulan Agustus 1950, Dr. Th. H. F. Klompe diangkat menjadi guru besar pada Bagian Geologi yang berada di bawah naungan Fakultet Ilmu Pasti dan Alam untuk seterusnya membangun dan membina bagian tersebut.
Setelah menempuh jalan yang berliku-liku dan segala kesukaran, akhirnya pada bulan November 1950 dapatlah disetujui diadakannya pendidikan lengkap untuk ahli tambang pada Fakultet Pengetahuan Teknik. Untuk membina dan mengembangkan Bagian Tambang, maka pada bulan Januari 1951 Prof. Ir. M. E. Akkersdijk diangkat sebagai guru besar tetap di Fakultet Pengetahuan Teknik dan sekaligus menjadi Ketua Bagian Tambang. Kemudian staf pengajarnya ditambah dengan : Ir. J. C. Klinkert yang kemudian menjadi Sekretaris Bagian Tambang, Prof. Dr. Th. Klompe, di samping tugas-tugasnya sebagai guru besar tetap di Fakultet Pasti dan Alam juga sebagai guru besar Pengolahan Bahan Galian, Prof. Ir. C. A. Fermin sebagai guru besar tetap untuk Pengolahan Bahan Galian, serta Prof. Ir. Van Berckel dan Ir. Wiesner. Antara tahun 1951 - 1957 kuliah-kuliah dan praktikum berjalan dengan baik walaupun masih memakai alat-alat dan fasilitas yang serba sederhana.
Sejak tahun 1953 pada Fakultet Pengetahuan Teknik dibentuk dua sub-jurusan, yaitu : Jurusan Eksplorasi dan Jurusan Tambang Umum. Pada Jurusan Tambang Umum terdiri dari tiga sub-jurusan yaitu : Tambang Umum, Konsentrasi, dan Minyak. Kurikulum untuk kedua Jurusan tersebut sudah berbeda mulai tahun ketiga, tetapi kurikulum untuk sub-jurusan hanya pada tahun terakhir saja yang berbeda, yaitu kepada masing-masing sub-jurusan diberikan mata kuliah khusus. Tetapi suasana politik pada tahun 1957 - 1958 menyebabkan para staf pengajar bangsa Belanda pulang ke tanah airnya. Untung sejak Juli 1956 antara Fakultet Pengetahuan Teknik dengan "University of Kentucky" di USA telah diadakan kerjasama dalam bidang pendidikan sehingga kekosongan staf pengajar tersebut sebagian dapat diisi oleh tenaga-tenaga dari Amerika Serikat. Tenaga pengajar yang khusus memberi kuliah-kuliah di Bagian Tambang berturut-turut adalah : Prof. P. C. Emrath, Prof. Ch. D. Hoyt, Prof. Dr. Ch. S. Bacon, Prof. Overten dan Prof. H. F. Mc. Farland. Sementara itu pada tahun 1957 tiga orang Sarjana Tambang bangsa Indonesia : Hadianto Martosubroto, M.Sc., Azhari Warga Dalam, M.Sc., dan Ir. Lukito Reksosumitro, M.Sc., diangkat menjadi staf pengajar setelah menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat. Sejak itu tenaga pengajar Indonesia bertambah terus. Mulai tahun 1959 secara teratur para alumni Bagian Tambang yang nantinya akan menjadi staf pengajar telah dikirimkan ke Amerika Serikat untuk memperdalam bidang spesialisasinya untuk 1 - 2 tahun, bahkan ada yang sampai 5 tahun. Dengan cara demikian maka ketika afiliasi dengan "University of Kentucky" habis waktunya pada tahun 1965 seluruh staf pengajar sepenuhnya sudah dipegang oleh tenaga-tenaga pengajar bangsa Indonesia.
Masa Transisi


Pada saat ITB diresmikan di tahun 1959, Bagian Tambang dan Bagian Geologi dikembangkan di bawah Departemen Teknologi Mineral (DTM). Pada tahun 1962 sub-jurusan Minyak ditingkatkan menjadi Bagian Teknik Perminyakan. Kemudian atas persetujuan Rektor ITB pada tahun 1962 Bagian Teknik Perminyakan berdiri sendiri sebagai bagian dari DTM. Mulai tahun 1963 sub-jurusan Konsentrasi trasi sesuai dengan perkembangan ilmu dan industri, juga ditingkatkan menjadi sub-jurusan Metalurgi. Sejak saat itu Jurusan Teknik Pertambangan terdiri dari 3 sub-jurusan yaitu: sub-jurusan Tambang Eksplorasi, sub jurusan Tambang Umum, dan sub-jurusan Tambang Metalurgi. Dalam periode transisi ini telah diletakkan landasan-landasan dasar keilmuan bagi ketiga bidang kajian sub-jurusan tersebut. Sebagai satu kesatuan dalam penanganan dan pemanfaatan sumber daya mineral, Bagian Tambang telah menunjukkan ciri dan identitas program pendidikannya
Masa Pengembangan 1


Dalam kurun tahun 1963 - 1984 terjadi dua kali perubahan organisasi di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 1973, ketiga bagian dalam Departemen Teknologi Mineral digabung dengan Bagian Mesin, Elektro, Fisika Teknik dan Kimia teknik dalam satu wadah yaitu Fakultas Teknologi Industri, dan sebutan Bagian diganti dengan sebutan Departemen. Bergabungnya dalam Fakultas Teknologi Industri ini berlangsung sampai dengan tahun 1984, dan pada tahun tersebut, dilakukan reorganisasi lagi dimana Departemen Geologi, Tambang dan Teknik Perminyakan kembali digabung dalam Fakultas Teknologi Mineral sebagai Jurusan Teknik Geologi, Teknik Pertambangan dan Teknik Perminyakan, sampai saat ini.
Sesuai dengan P.P. No. 5 tahun 1950 tentang Pokok-pokok Organisasi Universitas/Institut Negeri, P.P. No. 27 tahun 1981 tentang Pemantauan Fakultas Pada Universitas/Institut Negeri, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0135/O/1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Teknologi Bandung, dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0211/U/1982 tanggal 26 Juni 1982 tentang Program Pendidikan Tinggi dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jurusan Teknik Pertambangan berada di bawah Fakultas Teknologi Mineral bersama-sama dengan Jurusan Teknik Geologi, dan Jurusan Teknik Perminyakan
Masa Pengembangan II


Periode ini diawali dengan penggabungan kembali Jurusan-jurusan Teknik Geologi, Pertambangan dan Perminyakan di bawah naungan Fakultas Teknologi Mineral (FTM). Pengembangan keilmuan di dalam FTM ini tidak saja memenuhi kebutuhan industri untuk mengantisipasi semakin tingginya tingkat kerumitan pemerolehan sumber daya mineral, juga dalam mengikuti kemajuan iptek di dunia. Demikian pula Jurusan Teknik Pertambangan, mengarahkan pengembangannya pada peningkatan tridarma perguruan tinggi melalui program-program S1, S2, dan S3. Hingga saat ini Departemen telah mengembangkan 3 (tiga) jalur pilihan S1 (eksplorasi, tambang umum dan metalurgi), 8 bidang khusus program magister (S2), serta mengelola kurang lebih 10 mahasiswa S3.
Pada akhir tahun 1998 Fakultas Teknologi Mineral (FTM) diubah menjadi Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 208-0/1998 tanggal 25 Agustus 1998, tentang Perubahan Nomenklatur Fakultas Teknologi Mineral pada Institut Teknologi Bandung menjadi Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral. Dalam Surat Keputusan tersebut Jurusan Geofisika & Meteorologi yang berada di bawah naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bergabung dengan Program Studi Teknik Geofisika yang berada di bawah naungan FIKTM
Masa Pengembangan III


Sejak diterbitkannya PP 155/2000 pada tanggal 26 Desember 2000 maka sejak tahun 2001 dimulai status baru ITB yaitu Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Selain itu terjadi pula perubahan nama Jurusan Teknik Pertambangan menjadi Departemen Teknik Pertambangan. Transformasi dari ITB berstatus perguruan tinggi negeri menjadi BHMN memberikan peluang bagi Departemen Teknik Pertambangan untuk melakukan penataan kedalam dalam usaha untuk merespon tuntutan transformasi yaitu berorientasi pada peningkatan kemampuan Departemen dalam menjawab tantangan yang berkembang di masyarakat secara cepat dan tepat, baik dalam skala nasional maupun internasional, melalui program-program yang mengarah pada terciptanya academic excellence.
Dalam kurun ini cukup banyak staf pengajar Departemen Teknik Pertambangan yang memasuki usia pensiun. Oleh sebab itu dalam periode pengembangan tahap tiga ini dilakukan rekruitmen staf pengajar baru, tidak saja untuk memenuhi ratio mahasiswa/dosen sebesar 10, tetapi juga untuk merealisasi proses pengembangan keilmuan yang berkembang saat ini dan antisipasi kedepan

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks For Visiting